Hari ini aku ingin bermanja,
tapi egoku terlalu mahal 'tuk tulisi seribu puisi cinta-cintaan
seperti Sapardi,
"Kepada Tuan di seberang Laut Halmahera,
Dari kalut ini terciptalah gelombang yang dahsyat.
Hantarkan resahku, entah sampai kapan akan sampai ke Halmahera"
Demikian kuakhiri,
surat yang tak pernah sampai ke Halmahera
Dijarahnya sumur ideku dengan serakah,
lalu ia lempar rupiah,
tiap akhir bulan
katanya, "ini hasil jerih payah"
dan kuhilang sedikit demi sedikit,
di akhir bulan.
Lacurkan diri demi rupiah dan gengsi mama papa.
tentang mama papa, mucikariku
dipakaikannya aku jas dan dasi
diajarkan basa basi hingga manner ambil nasi
alus kesana kemari hingga bisa masuk korporasi
Lalu dipaksanya aku bersenggama
'tuk kekalkan garis lacur keluarga
Ini bukan yang aku kehendaki.
Tapi lagi, aku hanya lacur
yang tak boleh beropini.
Ma, Pa, ini jiwa tlah pergi
belikan aku peti mati,
dan kuburlah di Fiji,
bersama ambisi.
Umumkan pada semua,
hari ini ku bukan lagi lacur
'tuk siapa pun atau apa pun lagi.
Leave me be.
Voices getting louder,
breath getting heavier.
I'm gasping for air, all I wanted were to be left alone.
Grant my last wish, I'm begging.
When you fall asleep, I stay awake and cried alone at 3 a.m
when you woke up, I greet you with the most beautiful smile.
Secretly hoping you'll see right through me somehow.
But you didn't
you never did.
I lied so many times, but you never noticed,
"I'm doing really great, how's your day hun?"
I've spent the last years making you happy, and you made me happy too darling,
but I need to figure something on my own.
This time you can't tag along for the ride,
please leave me be for a while.
Lama tak berjumpa, kamu sudah bertumbuh dewasa. Banyak yang berubah. Bunga api di balik bola matamu kini meredup, bekas lukamu sembuh dan terluka lagi disaat yang bersamaan, namun selebihnya masih kamu yang dulu.
Tidak tau kapan harus berhenti.
Terluka namun tetap berlari.
Bertengkar dengan bayang diri,
kapan hal ini akan berakhir?
Terjatuh, usap air mata, dan kembali berlari.
Terjatuh, usap air mata, dan kembali berlari.
Istirahatlah sejenak, jangan terlalu keras pada diri.
Lepaskanlah penat, memang ada hal yang harus dilepas.
Kamu yang dulu masih ada, bersemayam di relung kecil yang gelap nan dingin.
"Sejujurnya, kenapa kamu bersusah payah menyingkarkan kamu yang dulu?"
Berdamailah.
"Sejujurnya, kenapa kamu bersusah payah menyingkarkan kamu yang dulu?"
Berdamailah.
Maafkan diri.
Biarkan kamu yang dulu hidup damai berdampingan dengan dirimu.
Apalagi yang kau resahkan?
Yang menjadi milikmu akan menemukan jalannya kembali padamu.
Terpejamlah, sebentar lagi mungkin akan datang.
Berhentilah sejenak, kamu terlalu banyak meresah.
Sudah malam, bukan waktunya kau terjaga.
Tidurlah.
Semoga apa yang kau resahkan malam ini, hilang bersama bulan.
Maybe, we are bound to be together.
Sejauh ini, semua hal tidak masuk akal. Pertemuan di tengah kehampaan. Rasa yang tumbuh perlahan. Tangan yang saling terpaut. Hal-hal yang tidak pernah hilang.
The idea of letting this go hurts me.
Komitmen menjadi suatu hal yang menyenangkan ketika bersamamu. Ide tentang sebuah ikatan sakral bukanlah hal yang menakutkan jika itu bersamamu.
Cheers, to other great adventure to come!
Semoga selalu berbahagia, terima kasih selalu ada disini.